Rabu, 19 Oktober 2022

Sarapan Minggu Pagi Di Pasar Pundensari Madiun

Suasana Warung di Pasar Pundensari Madiun

Pasar Tematik memang sudah ada dimana-mana khususnya di Pulau Jawa. Diawali dengan Pasar Papringan Di Temanggung yang mengambil nuansa hutan bambu di tengah perkampungan membuat pasar-pasar temarik lain bermunculan salah satunya adalah Pasar Pundensari di Madiun.

Pasar Pundensari mengusung konsep pasar jadul di dalam lingkungan Desa Wisata Gunungsari. Lokasinya cukup asri seperti desa pada umumnya, pasarnya berada di sebuah Punden desa. Punden maksudnya tempat yang disakralkan di sebuah desa. Punden tersebut sebagian lahannya digunakan  sebagai pasar tematik dengan bangunan material kayu beratapkan Jerami. Karena lokasinya berada di Punden desa makanya pasar tersebut disebut Pasar Pundensari.


Pasar Pundensari terletak di Desa Gunungsari, Kecamatan Madiun, Kabupaten Madiun, Jawa Timur. Walau lokasinya tidak di pusat kota namun terjangkau menggunakan ojek online. Namun untuk jaga-jaga minta save saja nomor kontak ojek online untuk minta di jemput saat kembali ke pusat kota Madiun atau penginapan.


Rute Ke Pasar Pundensari

Rute ke Pasar Pundensari dari Kota Madiun cukup mudah. Ambil arah stasiun Madiun kearah Pabrik PT.Inka dan Kuliner Gerbong Kereta Kafe Arum Dalu. Lurus ikuti jalan tersebut hingga melewati Terminal Madiun dan batas kota Madiun dengan Kabupaten Madiun. Masih lurus mengikuti jalan tersebut hingga menemukan Plang petunjuk jalan di ke Pasar Pundensari. Ikuti petunjuk tersebut saja kalian akan sampai di Pasar Pundensari.


Letak Pasar Pundensari juga dekat dengan Tol Trans Jawa. Jika kalian ingin mampir sarapan minggu pagi di Madiun kalian bisa keluar di exit Tol Madiun lalu ambil ke arah Selatan atau arah kota Madiun. Dari Exit Tol ke pasar Pundensari berkendara sekitar 15 menit saja.



Keseruan Di Pasar Pundensari

Sampai Pasar Pundensari sekitar jam 7 pagi. Sisi jalan sudah ramai sepeda motor dan sepeda kayuh parkir rapi. Di samping gapura terdapat antrian yang saya pikir adalah antrian masuk ternyata adalah tempat penukaran uang dengan mata uang buatan dari bambu untuk berbelanja di Pantai Pundensari.


mata uang bambu di pasar Pundensari

Uang Bambu yang ada di Pasar Pundensari ini bernilai dari 10 ribu, 5ribu, 2 ribu dan 1 ribu. Penerapan uang ini selain untuk menambah daya tarik sebenarnya untuk memudahkan penjual agar tidak mencari kembalian. Tidak usah khawatir, uang bambu yang berlebih dan tidak terpakai bisa ditukar kembali dengan nilai rupiah yang sama.

kursi meja tempat makan di Pasar Pundensari

Masuk ke Kawasan Pasar Pundensari, terlihat keramaian terutama pada di bangku-bangku bawah pohon beringin juga di dalam bangunan joglo permanen. Sepertinya tempat tersebut digunakan untuk tempat makan dan di sekitar tempat tersebut adalah ruang pertunjukan. Saat saya datang sedang ada pertunjukan seni bela diri lokal Madiun. Seni Beladiri merupakan salah satu kesenian dari Madiun, lagi pula Madiun juga punya julukan sebagai Kota Pendekar.

Saya masuk ke dalam pasar, saya mengingat seperti Pasar Wit-Witan di Banyuwangi dengan warung-warung sederhananya dibuat dari bambu dan kayu dan lingkungan pasarnya dikelilingi oleh pepohonan rindang yang membuat suasana pasar sejuk. Masih bingung mau membeli apa saya berkeliling pasar dulu.


Penjual Sego Pecel Pincuk khas Madiun

Aneka Makanan di Pasar Pundensari Madiun

Dari ujung sudah terlihat penjual Nasi Pecel khas Madiun, ibunya juga menjual berbagai macam gorengan pelengkap. Kulihat bakwan jagungnya menggoda sekali, terlihat crispy. Melihat warung yang lain ternyata menjajakan makanan tradisonal baik jajanan pasar atau makanan berat lokal. Ada penjual wedang-wedangan begitu saya tanya wedang andalannya adalah wedang Gatotkoco yang bahannya adalah Jahe, Kayu Manis, Asam Jawa, Madu dan Gula Jawa. Selain makanan tradisional juga ada beberapa makanan yang sedang trend salah satunya adalah sate-sate dari frozen food yang nantinya akan dibakar/panggang.

Nasi Pecel Pincuk Madiun dan Wedang Gatotkoco

Karena di Madiun, sudah pasti saya memesan Nasi Pecel saja yang harganya ternyata murah sekali seharga Rp. 5.000 juga memesan dua Bakwan Jagung seharga Rp. 2.000.  Minumnya memesan wedang Gatotkoco yang tadi sudah ditawarkan. Untuk duduk saya memilih duduk yang ada di dalam pasar sekaligus menikmati hiruk pikuk pasar Pundensari.

Pesan Kopi Jahe disini

Setelah makan dan wedang sudah habis ternyata masih terasa kurang kalau belum Ngopi pagi hari. Lalu saya mencari penjual kopi yang menawarkan Kopi Jahe yang cara membuatnya ternyata tradisional juga yaitu dengan cara ditumbuk-tumbuk. Padahal sebelumnya saya kira menggunakan jahe bubuk atau malah kopi jahe kemasan saset.

Tempat makan di dalam pasar

Jika diperhatikan ternyata Pasar ini hampir tidak ada Plastik, semua menggunakan bungkusan dedaunan. Jika ingin membawa makananya pulang ada besek dari anyaman bambu yang bisa dibeli dengan harga murah.

Ternyata Desa Wisata Gunungsari ini sudah mengembangkan pengelolaan sampah baik sampah organik maupun anorganik seperti Plastik. Sampah organik dari aktivitas Pasar Pundensari ini ternyata akan diolah lagi menjadi pupuk sedangkan untuk sampah plastic sehari-hari dari warga desa dikumpulkan dan diolah menjadi Bahan Bakar. Bahan Bakar dari Sampah Tersebut sudah diuji kendaraan dan kendaraan tersebut dipakai Pulang Pergi dari Madiun Jakarta.


Sayang waktu terbatas jadi tidak bisa melihat-lihat pengolahan sampah di Desa Wisata Gunungsari Madiun ini, siapa tau nanti punya waktu dan kesempatan untuk ke Madiun lagi. Mengunjungi Pasar Pundensari Madiun sangatlah berkesan, apalagi jika teman saya kemarin bisa ikut melihat-lihat. Semoga kalian tertarik membaca dan melihat ulasan ini ya.


1 komentar:

  1. ooh saya kok baru kemarin sampe di kota Madiun ini dari Ponorogo.. dalam perjalanan ke Solo dan Jogja naik bis ., ;p

    BalasHapus

Whatsapp Button works on Mobile Device only

Start typing and press Enter to search