Senin, 07 Maret 2022

Susu Kental Manis Bukanlah Susu dan Minuman Untuk Anak

foto:unsplash

Sejak kita kecil, mengenal Susu Kental Manis (SKM) sebagai minuman susu. Apalagi visual iklan baik iklan di televisi maupun iklan di media cetak mengambarkan bahwa SKM ini adalah sebuah minuman. Teman-teman sudah tahu kalau Susu Kental Manis bukan Susu?. Iya Susu Kental Manis bukan susu melainkan punya kadar kandungan gula yang tinggi.

sosialisasi dan edukasi YAICI bersama PP Muslimat NU

Hari Sabtu kemarin saya diajak teman dari Yayasan Abhipraya Insan Cendekia Indonesia (YAICI) yang sedang melakukan edukasi tentang Susu Kental Manis Punya Kandungan Gula Tinggi Bukan Minuman Anak. Selain itu juga melakukan edukasi tentang edukasi gizi dan sosialisasi penggunaan produk susu kental manis Bersama PP Muslimat NU yang nanti mereka melanjutkan menyampaikannya kepada para Kader dan masyarakat Banyuwangi.

Edukasi tentang gizi ini perlu dilakukan karena berkaitan langsung dengan Kesehatan anak dalam keluarga. Erna Yulia Soefihara, Ketua Bidang Kesehatan PP Muslimat NU menerangkan bahwa kita harus membatasi konsumsi gula karena Gula adalah media yang paling disenangi sel-sel kanker. Jadi sebaiknya konsumsi makanan minuman tinggi gula ini sebaiknya dihindari. Untuk menghindari hal tersebut sebaiknya membatasi konsumsi gula, salah satunya susu kental manis.


Ahli Gizi Anik Fitri Andriyani, Amd meminta masyarakat untuk mengatur pola makan keluarga dengan memperhatikan konsep isi piringku. “Aturan pembagian makanan dalam Isi Piringku adalah 1/2 porsi piring makan terdiri dari sayur dan buah-buahan yang beragam jenis dan warna, 1/3 dari 1/2 porsinya di isi dengan buah-buahan dan 2/3 dari 1/2 porsinya di isi sayuran. 1/3 dari 1/2 piring makan diisi dengan protein, 2/3 dari 1/2 piring makan diisi dengan karbohidrat/makanan pokok (biji-bijian utuh, nasi, gandum, jagung dan lainnya)

Sejak dulu Penggunaan Kental Manis sebenarnya adalah untuk pelengkap makanan seperti toping atau salah satu bahan membuat suatu makanan. Namun di Indonesia, selama kurun waktu yang lama digunakan sebagai pengganti minuman terutama untuk anak-anak setelah lepas dari ASI. Padahal SKM ini kandungan gulanya cukup tinggi.

Kadar gula tambahan pada makanan untuk anak yang disarankan Badan Kesehatan Dunia (WHO) yakni kurang dari 10% total kebutuhan kalori anak per hari. Namun dalam Susu Kental Manis kandungan gulanya melebihi yang disarankan WHO. Kandungan protein dalam SKM yang di Produksi Produsen Indonesia pun rendah yaitu 2,3% padahal standar yang diberikan BPOM adalah 6,5% dan WHO adalah 6,9%.

Efek SKM ini tidak langsung dirasakan tubuh. Konsumsi SKM rutin pada anak menyebabkan obesitas yg menyebabkan ganguan kesehatan lain, seperti serangan jantung, tekanan darah tinggi, strok, dan membuat empedu bermasalah.

Sebenarnya BPOM udah mengeluarkan Peraturan BPOM Nomor 31 Tahun 2018 tentang Label Pangan Olahan yang menegaskan, penggunaan SKM yang benar adalah sebagai topping, misalnya, untuk martabak, campuran kopi, dan coklat. Dalam peraturan tersebut juga menegaskan pada produsen, importir, dan distributor SKM juga dilarang menggunakan visualisasi gambar susu cair atau susu dalam gelas serta disajikan dengan cara diseduh untuk dikonsumsi sebagai minuman. Beberapa perusahaan sudah melaksanakan sesuai yang  tertera di peraturan tersebut namun mindset kental manis di masyarakat Indonesia adalah minuman susu seperti halnya susu bubuk dan susu sapi.


Selain melakukan edukasi dan sosialisasi Bersama PP Muslimat NU, YAICI juga melakukan edukasi langsung kepada masyarakat Banyuwangi yaitu di Desa Kemiren dan Kelurahan Tukang Kayu, Banyuwangi. Di Desa Kemiren, masyarakat sudah tahu kalau Susu Kental Manis ini tidak boleh diberikan kepada anak-anak namun saat bertanya kepada anak-anak yang sedang bermain mereka meminumnya.

Di Kelurahan Tukang Kayu Kecamatan Banyuwangi, kami menemui Ibu Martimah (30 Tahun) yang memiliki 5 anak berumur 9 tahun, 6 tahun, 5 tahun, 4 tahun dan 1 tahun. Anak-anak lahir dan mendapatkan ASI normal dan selama proses ASI, Bu Martimah tidak mengganti ASI dengan susu kental manis maupun susu lainnya. Selepas ASI, anak-anak diberi susu kental manis ketika mereka meminta saja. Anak-anak pun bilang bahwa mereka meminum susu tersebut. Ibu Martimah sendiri tidak mengetahui bahwa Susu Kental Manis punya banyak kandungan gula yang tidak baik bagi tumbuh kembang anak.


Bu Martimah bercerita kalau setelah melahirkan anaknya dia selalu dapat sosialisasi terkait pemberian ASI kepada anaknya dan tidak diberitahu bagaimana setelah anak lepas dari ASI. Sepertinya memang perlu adanya sinkronisasi program untuk melakukan edukasi di klinik atau bidan kepada ibu-ibu yang melahirkan mengenai SKM bukan Susu karena mengandung kadar gula tinggi yang tidak baik dijadikan minuman untuk anak juga sebagai pengganti ASI.

Semoga dengan cerita ini kita lebih peduli dengan Kesehatan kita dan keluarga terhadap konsumsi gula harian secara berlebih juga menambah pengetahuan bahwa Susu Kental Manis bukanlah susu, tapi kandungan gulanya tinggi sehingga bukan minuman untuk anak-anak.

 

1 komentar:

  1. Sedari kecil, pikiran kita SMK adalah susu hehehhee. Sekarang mulai paham perbedaannya, dan memang harus diedukasi

    BalasHapus

Whatsapp Button works on Mobile Device only

Start typing and press Enter to search