Senin, 01 April 2019

Menyelusuri Hutan Mangrove Jembatan Merah, Rembang


Di Ujung Hutan Mangrove Jembatan Merah Rembang
Jalur Pantura dari Kota Rembang menuju Lasem memang sudah dekat dengan pesisir pantai, apalagi di sebelah utara jalan sudah terlihat tambak dan nyiur melambai cemara laut yang menjadi “wind breaker”sehingga angin tidak berhembus kencang ke arah jalan. Ada beberapa pantai yang dilewati dari kota Rembang menuju Lasem. Kali ini saya mampir ke Hutan Mangrove Jembatan Merah yang letaknya di perbatasan antara Kota Rembang dan Lasem.

Hutan Mangrove Jembatan Merah, mungkin bisa disebut sebagai Landmark Kabupaten Rembang karena jembatan mangrove trailnya dicat berwarna merah yang berbeda dengan jembatan mangrove trail di daerah lain yang dibiarkan apa adanya seperti warna kayu.  Hutan Bakau Jembatan Merah ini terletak di Desa Pasar Banggi, Kecamatan Rembang, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah yang berada tepat di muara sebuah sungai.

Area yang mulai ditanami bakau jenis Rhizophora sp.
Hutan Bakau Jembatan merah ini cukup luas hingga tumbuh kearah barat dan terlihat rutin dilakukan penanaman, baik penanaman yang dilakukan oleh pihak pengelola juga masyarakat rembang dan sekitarnya.  Saya setuju apa yang dikatakan pihak pengelola, dengan menanam bakau atau mangrove di muara sungai dan pesisir pantai akan mampu menahan abrasi air laut. Selain itu, fungsi pohon mangrove yang bisa menjadi tempat bertelurnya ikan dan tempat berlindungnya ikan-ikan kecil dan binatang laut lainnya seperti kepiting, udang dan lain-lain. Adanya hewan laut tersebut mendatangkan jenis-jenis burung air seperti blekok, trinil untuk mencari makan di hutan bakau. Burung-burung tersebut akan menjadi daya tarik Hutan Mangrove Jembatan Merah.

Rute dan Arah Jalan Menuju Hutan Mangrove Jembatan Merah
Untuk menuju Hutan Mangrove Jembatan Merah ini cukup mudah baik dari arah Rembang maupun Arah Lasem karena gang masuknya ada di pinggir jalan Pantura Rembang-Lasem dengan petunjuk jalan yang sangat jelas. Kalian bisa juga menggunakan Ojek Online Grab yang sudah hadir di Rembang atau bisa menggunakan jasa ojek pangkalan atau bis umum yang lewat di sepanjang jalan pantura.

Untuk memasuki hutan mangrove jembatan merah ini kita hanya ditarik tiket masuk berupa biaya parkir kendaraan saja sebesar Rp. 5.000 untuk motor dan 10.000 untuk mobil (Bulan Maret 2019). Awal masuk kita akan disuguhi oleh lorong mangrove dari jenis Rhizophora Sp. yang memiliki akar jangkar. Jenis ini merupakan jenis di garis depan yang berhadapan langsung dengan gelombang laut. Selain jenis Rhizophora ada jenis lain yaitu Rhizophora apiculata, Avicenia marina, Avicenia alba, Soneratia alba dan Xilocartus Sp. sehingga total ada 6 Jenis Mangrove yang tumbuh disini.

Lorong Hutan Mangrove
kursi untuk santai-santai di tengah hutan mangrove
Ada beberapa percabangan yang setiap cabangnya merupakan jalan buntu, dan diujung jalan mangrove trail yang buntu tersebut, ada bangku-bangku ditepian untuk menikmati nuansa di tengah hutan bakau. Kalian bisa juga langsung menuju View utama yang bisa memandang laut utara jawa yang mempunyai dua warna khas terutama di musim penghujan yaitu warna coklat dan warna biru. Warna coklat ini biasanya ada di sekitar pesisir pantai dekat muara sungai yang airnya keruh sehingga mempengaruhi warna laut.

Ujung dari Mangrove Trail di Hutan Mangrove Rembang
Ujung dari jembatan Hutan Mangrove Jembatan merah berupa gubuk santai atau gazebo yang berada di samping kanan kiri jembatan. Kita bisa bersantai disana sambil menikmati view pemandangan laut utara Jawa. Angin sepoi-sepoi membuat kita ingin berlama-lama disini. Sambil menikmati suasana disana, saya mendengar ada lantunan ayat-ayat Al-Qur’an yang akhirnya saya ketahui dari gubuk santai di belakang saya. Gazebo tersebut diisi oleh muda-mudi sepertinya masih duduk di bangku SMA/MA atau SMP/MTs. Mereka sedang mencoba menghafalkan afalan ayat Al-Qur’an yang mungkin diberikan oleh sekolahnya. Memang di daerah Rembang-Lasem memiliki kultur agama Islam yang kuat begitu juga Toleransi dan rasa saling menghormati  yang kuat karena terdapat juga banyak Klenteng, wihara dan gereja-gereja berdiri disini. Saya takjub dengan muda-mudi tersebut, apalagi ditempat wisata masih bisa merencanakan belajar menghafalkan ayat Al-Qur’an tersebut. Mungkin jika saya diposisi mereka malah ngobrol ngalor ngidul yang ga jelas. Bisa-bisa malah iseng ngeluarin kata-kata Gombal haha.


Kunjungan ke Hutan Mangrove Jembatan Merah Rembang ini harus saya akhir dan harus bergeser di destinasi wisata Rembang dan Lasem yang lain. View dari ujung jembatan merah hutan mangrove ini sepertinya bisa menikmati senja dan matahari terbit dengan leluasa. Lain waktu saya akan coba menikmati senja di hutan mangrove jembatan merah, jika ada waktu kembali ke Rembang atau Lasem lagi.


6 komentar:

  1. Banyak nyamuknya nggak mas di sana? Hhahahaha
    Biasanya kalau sore banyak nyamuk.
    Aku malah belum sempat ke mangrove di sana.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Pas sore kesana ga terasa.. mungkin karna lagi musim angin mas.

      Hapus
  2. Wah, tempatnya seru nih. Saya paling suka dengan tempat-tempat yang alami seperti ini.

    BalasHapus
  3. paling suka klo ke daerah mangrove tu banyak biawak,, seneng liatin biawak ahaha.. disana ada biawaknya juga kah?

    -Traveler Paruh Waktu

    BalasHapus
  4. Wah keren ya, alhamdulillah mangrove masih terjaga keasliannya. Semoga mangrovenya makin tumbuh subur, apalagi ditambah dengar lantunan hafalan al Qur'an, makin subur.

    BalasHapus

Whatsapp Button works on Mobile Device only

Start typing and press Enter to search