Di Ujung Hutan Mangrove Jembatan Merah Rembang |
Jalur Pantura dari Kota Rembang
menuju Lasem memang sudah dekat dengan pesisir pantai, apalagi di sebelah utara
jalan sudah terlihat tambak dan nyiur melambai cemara laut yang menjadi “wind
breaker”sehingga angin tidak berhembus kencang ke arah jalan. Ada beberapa
pantai yang dilewati dari kota Rembang menuju Lasem. Kali ini saya mampir ke
Hutan Mangrove Jembatan Merah yang letaknya di perbatasan antara Kota Rembang
dan Lasem.
Hutan Mangrove Jembatan Merah,
mungkin bisa disebut sebagai Landmark Kabupaten Rembang karena jembatan
mangrove trailnya dicat berwarna merah yang berbeda dengan jembatan mangrove
trail di daerah lain yang dibiarkan apa adanya seperti warna kayu. Hutan Bakau Jembatan Merah ini terletak di
Desa Pasar Banggi, Kecamatan Rembang, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah yang
berada tepat di muara sebuah sungai.
Area yang mulai ditanami bakau jenis Rhizophora sp. |
Hutan Bakau Jembatan merah ini
cukup luas hingga tumbuh kearah barat dan terlihat rutin dilakukan penanaman,
baik penanaman yang dilakukan oleh pihak pengelola juga masyarakat rembang dan
sekitarnya. Saya setuju apa yang
dikatakan pihak pengelola, dengan menanam bakau atau mangrove di muara sungai
dan pesisir pantai akan mampu menahan abrasi air laut. Selain itu, fungsi pohon
mangrove yang bisa menjadi tempat bertelurnya ikan dan tempat berlindungnya
ikan-ikan kecil dan binatang laut lainnya seperti kepiting, udang dan
lain-lain. Adanya hewan laut tersebut mendatangkan jenis-jenis burung air
seperti blekok, trinil untuk mencari makan di hutan bakau. Burung-burung
tersebut akan menjadi daya tarik Hutan Mangrove Jembatan Merah.
Rute dan Arah Jalan Menuju
Hutan Mangrove Jembatan Merah
Untuk menuju Hutan Mangrove
Jembatan Merah ini cukup mudah baik dari arah Rembang maupun Arah Lasem karena
gang masuknya ada di pinggir jalan Pantura Rembang-Lasem dengan petunjuk jalan
yang sangat jelas. Kalian bisa juga menggunakan Ojek Online Grab yang sudah
hadir di Rembang atau bisa menggunakan jasa ojek pangkalan atau bis umum yang
lewat di sepanjang jalan pantura.
Untuk memasuki hutan mangrove
jembatan merah ini kita hanya ditarik tiket masuk berupa biaya parkir kendaraan
saja sebesar Rp. 5.000 untuk motor dan 10.000 untuk mobil (Bulan Maret 2019).
Awal masuk kita akan disuguhi oleh lorong mangrove dari jenis Rhizophora Sp.
yang memiliki akar jangkar. Jenis ini merupakan jenis di garis depan yang
berhadapan langsung dengan gelombang laut. Selain jenis Rhizophora ada jenis
lain yaitu Rhizophora apiculata, Avicenia marina, Avicenia alba, Soneratia
alba dan Xilocartus Sp. sehingga total ada 6 Jenis Mangrove yang tumbuh
disini.
Lorong Hutan Mangrove |
kursi untuk santai-santai di tengah hutan mangrove |
Ada beberapa percabangan yang
setiap cabangnya merupakan jalan buntu, dan diujung jalan mangrove trail yang
buntu tersebut, ada bangku-bangku ditepian untuk menikmati nuansa di tengah
hutan bakau. Kalian bisa juga langsung menuju View utama yang bisa memandang
laut utara jawa yang mempunyai dua warna khas terutama di musim penghujan yaitu
warna coklat dan warna biru. Warna coklat ini biasanya ada di sekitar pesisir
pantai dekat muara sungai yang airnya keruh sehingga mempengaruhi warna laut.
Ujung dari Mangrove Trail di Hutan Mangrove Rembang |
Ujung dari jembatan Hutan
Mangrove Jembatan merah berupa gubuk santai atau gazebo yang berada di samping
kanan kiri jembatan. Kita bisa bersantai disana sambil menikmati view
pemandangan laut utara Jawa. Angin sepoi-sepoi membuat kita ingin berlama-lama
disini. Sambil menikmati suasana disana, saya mendengar ada lantunan ayat-ayat
Al-Qur’an yang akhirnya saya ketahui dari gubuk santai di belakang saya. Gazebo
tersebut diisi oleh muda-mudi sepertinya masih duduk di bangku SMA/MA atau
SMP/MTs. Mereka sedang mencoba menghafalkan afalan ayat Al-Qur’an yang mungkin
diberikan oleh sekolahnya. Memang di daerah Rembang-Lasem memiliki kultur agama
Islam yang kuat begitu juga Toleransi dan rasa saling menghormati yang kuat karena terdapat juga banyak
Klenteng, wihara dan gereja-gereja berdiri disini. Saya takjub dengan muda-mudi
tersebut, apalagi ditempat wisata masih bisa merencanakan belajar menghafalkan
ayat Al-Qur’an tersebut. Mungkin jika saya diposisi mereka malah ngobrol ngalor
ngidul yang ga jelas. Bisa-bisa malah iseng ngeluarin kata-kata Gombal haha.
Kunjungan ke Hutan Mangrove
Jembatan Merah Rembang ini harus saya akhir dan harus bergeser di destinasi
wisata Rembang dan Lasem yang lain. View dari ujung jembatan merah hutan
mangrove ini sepertinya bisa menikmati senja dan matahari terbit dengan
leluasa. Lain waktu saya akan coba menikmati senja di hutan mangrove jembatan
merah, jika ada waktu kembali ke Rembang atau Lasem lagi.
Banyak nyamuknya nggak mas di sana? Hhahahaha
BalasHapusBiasanya kalau sore banyak nyamuk.
Aku malah belum sempat ke mangrove di sana.
Pas sore kesana ga terasa.. mungkin karna lagi musim angin mas.
HapusWah, tempatnya seru nih. Saya paling suka dengan tempat-tempat yang alami seperti ini.
BalasHapusBagus, banyak gazebonya.
BalasHapuspaling suka klo ke daerah mangrove tu banyak biawak,, seneng liatin biawak ahaha.. disana ada biawaknya juga kah?
BalasHapus-Traveler Paruh Waktu
Wah keren ya, alhamdulillah mangrove masih terjaga keasliannya. Semoga mangrovenya makin tumbuh subur, apalagi ditambah dengar lantunan hafalan al Qur'an, makin subur.
BalasHapus