Minggu, 16 Desember 2018

10 Tempat Bertualang Seru Di Banyuwangi



Banyuwangi tumbuh begitu cepat menjadi salah satu destinasi wisata. Memang tidak bisa dipungkiri bahwa Banyuwangi mempunyai Potensi dari Bentang alam dan Panoramanya menakjubkan dan bisa dibilang lengkap. Dari Gunung, Hutan bahkan Pantai-pantai indah di sepanjang disepanjang  175,8 km dari ujung Utara hingga Barat. Dari sekian banyak potensi yang ada, 10 (Sepuluh) Destinasi ini akan meninggalkan pengalaman dan kesan serta memuaskan Jiwa Petualangan kalian.

1. Petualangan Seru Mendaki Kawah Ijen
pemandangan kawah ijen dari atas
Mengawali Petualangan Seru di Banyuwangi dengan mendaki Kawah Ijen yang berada di Gunung Merapi Ungup-ungup. Kawah Ijen mempunyai fenomena alam yang hanya ada satu-satunya di Dunia yaitu Api Biru. Pendakian untuk melihat si Api Biru di Kawah Ijen perlu dilakukan pada dini hari.  Sensasinya menyenangkan, Menyelusuri jalan setapak menanjak, melawan hawa dingin sekaligus mengalahkan diri sendiri. Pendakian Kawah Ijen dengan berjalan santai memakan waktu dua jam hingga sampai Bibir Kawahnya. Butuh waktu 20 menit untuk sampai ke bibir kawah jika kalian ingin melihat fenomena  Api Biru.  Panorama Kawah Ijen saat matahari perlahan-lahan terbit, memperlihatkan pesona Kawah Ijen dengan warna hijau tosca.  Banyak mata yang kulihat terpesona keindahan Pagi Kawah Ijen.

2. Mandi Pagi Di Air Terjun Jagir.
Anak-anak sekitar mandi dan bermain di air terjun jagir
Di Lereng Gunung Merapi Ungup-ungup terdapat mata air dari bawah tanah yang mengalir sepanjang tahun. Mata air tersebut jatuh kebawah tebing membentuk dua air terjun Kembar. Air Terjun  Jagir namanya. Air terjun ini terletak di Desa Kampunganyar, Kecamatan Tamansuruh sekitar 30 menit dari pos pendakian kawah ijen.  Air dari sumber terjun menuruni tebing yang ditumbuhi oleh banyak tanaman merambat, lalu air tertampung sementara pada sebuah kolam semi alami yang dalamnya sekitar  1 (satu) meter. Airnya pun dingin dan menyegarkan. Berendam dan mandi pagi di kolam semi alami air terjun ini rasa lelah dan capek setelah Pendakian Kawah Ijen sekejap hilang. 

3. Bercengkrama dengan Suku Osing Di Desa Kemiren
Perempuan Osing sedang Nyinang
Main di Air Terjun Jagir tidak bisa menghilangkan rasa lapar, bahkan jika meminum airnya hanya membuat perut kembung. Tak perlu khawatir, di dekat air terjun Jagir terdapat sebuah desa  bernama Desa Kemiren. Desa tersebut dihuni oleh Suku Osing yang merupakan Suku Asli  dari Banyuwangi . Di desa ini, masih terdapat rumah-rumah adat yang masih bertahan, masih banyak penduduk yang menggunakan pakaian adat sehari-harinya. Sapalah mereka, mereka ramah dan tidak sungkan mempersilahkan para tamu berkunjung ke rumahnya untuk ngobrol lebih jauh. Kanan-kiri di ruas jalan desa berbagai warung sederhana siap menyajikan makanan khas Suku Osing Banyuwangi untuk sebagai pemadam rasa lapar. Cara memasaknya juga unik, masih banyak yang mempertahankan cara tradisional dengan menggunakan kayu bakar dan

4. Tersesat di Hutan Misterius Sumber Manis.
Lorong Hutan Sumbermanis
Di sebelah timur Desa Suku OSing Kemiren, terdapat sebuah Hutan yang suasananya cukup misterius. Pohon-pohon tinggi menjulang membentuk suatu jalan yang bisa dilewati utnuk masuk ke Hutan jauh lebih dalam. Pada batang pohon besar tersebut tumbuh sejenis tumbuhan merambat yang cukup rapat hingga menutupi hampir keseluruhan pohon tersebut. Hutan ini jarang sekali terang, rasanya awan selalu menghalangi cahaya yang masuk bahkan jika tercium aroma Petricour yang menyeruak keluar dari arah dalam hutan selalu diikuti juga dengan datangnya kabut secara perlahan-lahan.

5. Belajar Tentang Kopi di Desa Gombengsari
memetik kopi
Desa Gombengsari terletak di Lereng Gunung Merapi Ungup-ungup dimana di desa tersebut banyak yang berkebun tanaman kopi. Ada 3 (tiga) jenis kopi yang tumbuh disini yaitu kopi Arabica, robusta dan exlesa. Kopi-kopi dari desa Gombengsari enak bahkan kopi-kopinya sudah dikirim ke daerah luar Banyuwangi. Dengan singgah di Desa Gombengsari, kita bisa menperluas pengetahuan tentang Pengelolaan Kopi Tradisional Unik yang masih dipertahankan, seperti pengupasan kulit buah biji kopi yang dilakukan dengan cara ditumbuk menggunakan batu.  Waktu berkunjung terbaik ke desa ini adalah saat musim kembang kopi, selain bisa melihat pengelolaan kopi tradisional, juga saat menyelusuri dan keliling desa ini, bisa menghirup aroma menyenangkan dari semerbak bunga kopi menyeruak memenuhi atmosfer.

6. Menyapa Matahari di Pantai Cacalan
menanti matahari terbit berdua
Banyuwangi terkenal dengan julukan Sunrise of Java. Matahari yang terbit paling pagi di Pulau Jawa. Menikmati Sunrise di Pesisir Pantai Banyuwangi adalah hal yang tidak boleh terlewatkan.  Dari banyak Pantai di dekat kota Banyuwangi, Pantai Cacalan perlu dikunjungi terutama saat pagi hari. Hawa sejuk dari angin pantai dan lantunan ayat suci Al-Qur’an terdengar menyejukan hati. Duduk di pesisir pantai menikmati langit pagi yang perlahan-lahan memerah. Menikmati angin sepoi-sepoi dengan bermain ayunannya, atau memesan minuman hangat di salah satu warung yang sudah buka sebelum pagi.

7. Menikmati Kesejukan Air Terjun Telunjuk Raung
Air Terjun Telunjuk Raung berada di tengah hutan
Selain Kawah Ijen, Gunung Raung juga terkenal dengan Gunung Raung dengan kemegahan Kalderanya. Di lereng Gunung Raung terdapat sebuah air terjun yang airnya mengalir dan jernih sepanjang tahun. Walau berada di tengah hutan dataran tinggi, tracking menuju ke air terjun telunjuk raung cukup ringan karena sudah ada jalan setapak dan tidak perlu khawatir tersesat. Sesampainya di air terjun Telunjuk Raung, cobalah berendam aliran sungai kecilnya, ada di sebuah kolam semi alaminya. Pejamkan mata, rasakan dinginnya, rasakan sejuknya. Hutan yang terjaga selalu punya kesejukan yang tiada tara.

8. Menyaksikan Alam Liar Pulau Jawa di Savana Sadengan.
Banteng liar di Sadengan
Savana Sadengan, padang rumput yang letaknya di tengah Hutan Konservasi Taman Nasional Alas Purwo. Savana Sadengan menjadi habitat terakhir satwa-satwa liar di Jawa seperti Banteng, Rusa, Ajag, Macan Tutul, Elang Jawa, Bangau Tong-tong dan berbagai jenis burung. Pagi hari atau Sore hari adalah waktu paling tepat mengunjungi savana sadengan, selain satwa liar sedang aktif mencari makan juga bisa merasakan semilir angin sejuk yang bertiup dari tengah savana.

9. Hutan Lord of The Ring, De Djawatan Benculuk.
Djawatan Benculuk
Hutan De Djawatan Benculuk dulunya merupakan tempat penimbunan kayu (TPK) milik Perhutani sejak Indonesia masih dijajah Belanda. TPK tersebut ditanamni oleh tumbuhan Trembesi yang mempunyai tipe tajuk berbentuk payung dan meneduhkan. Bentuk tajuk pohon tersebut difungsikan sebagai pelindung kayu-kayu yang disimpan di TPK tersebut. Seiring berjalannya waktu, pohon-pohon tersebut tumbuh besar dan unik, pada batangnya tumbuh semacam tumbuhan paku seperti rumput. Memasuki lorong jalan setapak di De Djawatan Benculuk seakan membangkitkan imajinasi film Lord Of The Ring.

“Cepat masuk, berlindung ke dalam hutan para peri, pasukan Orc mengejar”

Selain betah lama-lama untuk berfoto, tempat ini berhawa sejuk dan meneduhkan beda sekali dengan hawa di luar hutan De Djawatan. Hawa sejuk yang dirasakan merupakan Iklim Mikro yang diciptakan pohon-pohon Trembesi. Sambil menikmati suasana teduh dan sejuknya, kita bisa menenangkan diri dari kejaran pasukan Orc dengan memesan makanan dan minuman yang dijajakan oleh warga setempat.

10. Mengantar Matahari Pulang di Pantai Pancur.
Senja di Pantai Pancur
Walau tidak seterkenal Pulau Merah, pantai pancur merupakan pantai yang mempesona. Terletak di pesisir hutan konservasi Taman Nasional Alas Purwo Berpasir putih dan mempunyai butiran pasir gotri, pasir yang ukurannya lebih besar dari butiran pasir biasa. Terdapat pancuran air yang berasal dari Goa. Airnya cukup jernih dan mengalir sepanjang tahun dan bermuara ke lautan. Sore adalah waktu yang tepat mendatang pantai Pancur. Suasana sejuk, jika pantai sepi, sekelompok rusa yang ada di dalam hutan keluar dan berjalan menyelusuri pantai. Bukit Hilal, bukit yang berada di sebelah timur pantai Pancur menjadi spot indah menikmati Senja dan mengantar matahari pulang di ufuk Barat. Atau bisa juga menikmatinya di pesisir pantainya, duduk di kayu-kayu pohon tumbang yang terdampar sambil menikmati warna langit yang perlahan menjingga.

Banyuwangi mempunyai bentang yang lengkap untuk berpetualang. Bisa mendaki gunung, masuk ke Hutan, atau belok ke Pesisir Pantai, bahkan masyarakat lokalnya selalu ramah menyambut. Seperti tagline branding Banyuwangi “Jelajahi Banyuwangi, Anda Pasti Kembali” memang sangat tepat, dengan menjelajahi Banyuwangi, kami kembali lagi.


10 komentar:

  1. Tapi Benculuk tidak seindah kelihatannya. Memang pas kesana kemarin ada even dangdutan, miris karena banyak cabe dan terung yang bergumul di balik semak semak. Mungkin kesini pas weekdays lebih enak..

    oiya, belum pernah ke pantai Cacalan. Soalnya kalo liburan kesini paling cuman ke rumah Budhe sama Bulek aja, gabisa jalanjalan cantik

    BalasHapus
  2. Banyuwangi dulu padahal cuma jadi tempat lewatan kalau mau ke Bali, sekarang udah bisa berdiri sendiri.

    BalasHapus
  3. banyak banget yang sudah kamu explore mas. keren!

    BalasHapus
  4. Aku belum pernah eksplorasi Banyuwangi jadi senang nemu catatan kamu yang ini buat jadi referensi aku nanti ke sana...

    BalasHapus
  5. Uda 2x ke BWI masi aja ada yg blm kukunjungi ya. Ga ada habisnya. Hiks masa musti menempuh 40 tahun cahaya lg nih :(

    BalasHapus
  6. Tertarik untuk melihat keseharian Suku Osing ini.

    BalasHapus
  7. Mas Alan, untuk semua destinasi seru di Banyuwangi ini kira-kira butuh berapa hari? Jadi kangen banget Banyuwangi

    BalasHapus
  8. Dari 10, cuma 1 yang oernah dikunjungi. Rasanya benar, saya haraus kembali ke Banyuwangi

    BalasHapus
  9. AKu baru tau tentang Suku Osing di Banyuwangi. Berarti mereka punya rumah adatnya sendiri ya?

    BalasHapus
  10. aku belum pernah jelajah banyuwangi, pengen ah tahun 2019 ke sini

    BalasHapus

Whatsapp Button works on Mobile Device only

Start typing and press Enter to search