Sabtu, 03 November 2018

Berpetualang Seru Di Air Terjun Kapas Biru, Lumajang


AirTerjun Kapas Biru, Lumajang
Kapas-kapas ini berterbangan di dasar suatu jurang daerah Pronojiwo Lumajang. Kapas-kapas ini menyejukan, membasahi raga dan jiwa dua pemuda termakan usia yang mencoba menuruni jurang sedalam kurang 100 meter. Melihat sumber kapas-kapas menyejukan, Air Terjun Kapas Biru.

Trip ini dadakan sekali. Keinget omongan si Rifqi Papanpelangi tentang omongannya minggu lalu akan main ke air terjun di Perbatasan Malang-Lumajang hari sabtu pagi-pagi. Hari Jum’at pagi langsung beli tiket kereta, Jum’at malam berangkat dari Banyuwangi ke Malang Via Surabaya. Sesampainya di Malang, Kami meluncur ke arah Lumajang menuju Air Terjun Kapas Biru.

Rute Ke Air Terjun Kapas Biru dari Malang
Air Terjun Kapas Biru terletak di perbatasan Kabupaten Malang dan Lumajang tepatnya di Dusun Mulyoharjo, Desa Pronojiwo, Kecamatan Pronojiwo, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur. Perjalanan dari Kota Malang ke Air Terjun Kapas Biru menempuh lama perjalanan 2,5 Jam menggunakan Motor.  Rute ke Air Terjun Kapas Biru cukup mudah tinggal mengikuti papan petunjuk arah ke Arah Lumajang melewati kota Kepanjen – Gondanglegi – Turen – Dampit- Ampelgading dan terakhir akan melewati perbatasan Malang dengan Lumajang, setelah melewati perbatasan tersebut berarti memasuki Kecamatan Pronojiwo, nanti akan ada petunjuk arah ke Air Terjun Kapas Biru yang menuntun kita sampai Parkir Kendaraan. Dengan membayar Rp. 10.000/Orang dan Rp. 5.000/ Motor kita bisa memasuki kawasan wisata Air Terjun Kapas Biru.

bis malang-lumajang
Jika kalian dari Stasiun Malang, Kalian bisa naik angkot kode G AG/GA jurusan Gadang. Dari Gadang kalian bisa pindah bis kecil jurusan Malang-Lumajang bilang ke kondekturnya atau supirnya ingin turun di Pronojiwo, atau sebut saja air terjun kapas biru. lebih baik berangkat pagi-pagi dan pulang sebelum sore karena bis ini susah ditemukan saat sore hari.

 “Jalannya ke bawah sana, nanti kita tracking ke bawah”. Kata Rifqi.

Saya percaya aja, kupikir tracking ringan menuruni jalan turun ke bawah. Ternyata Tracking tersebut menuntun kami menuruni sebuah Jurang yang cukup curam. Rifky berjalan di depan dan tiba-tiba menghilang dari pandangan. Ternyata dia sedang menuruni Tangga Vertikal karena memang tidak ada lagi jalan lain disana. Dari sini kaki mulai gemetar lemas melihat curamnya jalan. Sebelah kanan adalah berupakan jurang yang dibawahnya terdapat sungai yang dilalui Lahar Dingin Gunung Semeru. Setelah berjalan kurang lebih 45 menit, deru air terjun Kapas Biru sudah terdengar. Butiran sejuk yang terbawa angin seakan memberi sedikit tenaga memacu kaki untuk makin mendekat sumber bunyi deru tersebut. Yah kami sampai di hadapan Air Terjun Kapas Biru.

Air Terjun Kapas Biru berada di tebing berwarna kecoklatan yang terlihat sangat Kontras. Air yang jatuh lalu membentuk menuruni tumpukan membentuk seperti tangga lalu mengalir menjadi sungai kecil. Saya mengerti kenapa Air Terjun Kapas Biru ini dinamakan demikian. Air jatuh dari ketinggian kira-kira 100 meter dengan debit air yang besar membuat buih-buih air yang cukup banyak, lalu dia terbawa angin. Rasanya seperti melihat Kapas-Kapas beterbangan yang menyejukan. Jika cuaca sedang cerah, sekilas terlihat rona warna biru di bawah air terjunnya sehingga air terjun ini dinamakan Air Terjun Kapas Biru.
tangga vertikal ke arah kapas biru
jembatan bambu menuju air terjun kapas biru
Kami tidak menyangka, Air Terjun ini cukup sepi, padahal kami datang siang dan pada hari sabtu lagi. kami hanya menemukan 5 orang saja yang sudah lebih dulu tiba di air terjun kapas biru. Saat ke-5 orang yang bermain sedang beristirahat di shelter dan bangku sederhana yang dibuat pengelolanya. Kami coba lebih mendekat ke arah air terjun untuk mengambil beberapa gambar dan menikmatinya. Butiran air yang pecah setelah terjun dari ketinggian terbawa angin dan menerpa tubuh rasanya sangat menyegarkan. Ahh. Menyegarkan sekali, kelelahan setelah tracking rasanya hilang. Apalagi saat menghirup udara sekitar air terjun tersebut dalam-dalam, jiwa raga seakan segar kembali :D.
istirahat di bangku sederhana di sekitar air terjun
Datang ke Air Terjun Kapas Biru lebih baik membawa perbekalan, minimal air minum dan permen. Saat nanti kembali pulang sampah lebih baik dibawa kembali ke atas parkiran, karena di dekat air terjun belum ada sistem pengelolaan sampah yang baik. Beberapa saya liat, sampah berserakan begitu saja di tempat pembuangan sampah. Dan datang ke air terjun ini harus kuat fisik karena trackingnya cukup melelahkan, apalagi saat kembali pulang ke parkiran.

Tertarik ke Air Terjun Kapas Biru kan?

sehabis dari air terjun ini kami mengunjungi beberapa air terjun lagi disekitar sini. Simak tulisannya dilain kesempatan ya :D

18 komentar:

  1. Horeeee nampang! Hahaha. Ciye gemetar ya kakinya wkwkwk. Kapan-kapan ke tetangganya, Kabut Pelangi.

    BalasHapus
  2. Bagus banget curugnya. Sebagai curug Lovers kepengen deh. Cuman liat tangga vertikal agak pusing ya

    BalasHapus
  3. Membaca tracking turun ke air terjun ini, hahaha, kakiku ikut gemetar Mas. Noted. Ini air terjun bukan untuk tempat mainnya ibu-ibu berusia seperti aku :-):-)

    BalasHapus
  4. Edun, kaki ikutan gemetar ngelihat medannya.

    BalasHapus
  5. Aduh tadinya mupeng banget pengen ke air terjun lalu melihat foto tangga vertikal dan paha gemetaran kok batal haha

    BalasHapus
  6. Duh, itu jembatan vertikalnya kok bikin jiper? Bener kata mba Evi, mamak model aku bakalan skip yg kayak giniih haha

    BalasHapus
  7. Sungguh tidak ramah balita ya rutenya ahahahaha. Tapi akses sulit gpp ding, biar nggak terlalu rame, biar orang mikir-mikir dulu kalau mau pergi ke sini.

    BalasHapus
  8. Lumayan juga ya dari Mlang 2.5 jam. Aku pingin ke Malang jugaa... pingin nyurug juga. Tapi kayanya musti pemanasan olahraga sik misal kaya gini medannya :p

    BalasHapus
  9. Pas baca tentang air terjun ini, aku jadi mikir sendiri, udah lama juga ya aku gak main ke air terjun. Hmm..harus dituntaskan nih.

    BalasHapus
  10. Kalau letaknya di perbatasan Malang - Lumajang, bersrti air terjun ini tidak jauh dari Tumpak Sewu dong, mas?

    BalasHapus
  11. (((dua pemuda termakan usia)))
    tos!

    Kadang perjalanan dadakan itu terasa lebih menyenangkan, ya. Karena nggak diduga-duga.
    Aku kayaknya mending menghadapi tangga vertikal seperti itu daripada medan miring dari tanah atau kerikil yang licin. Mungkin karena masih anti-mainstream jadi masih jarang yang tahu.

    Penasaran melihat "kapas-kapas" itu dari atas, mas.

    BalasHapus
  12. Membayangkan menuruni tangga vertikal itu rasanya lutut akan gemetar. Tapi dengan janji-janji sejuknya Air Terjun Kapas Biru, sepertinya aku bisa saja melupakan lutut yang gemetar

    BalasHapus
  13. Hahaha ga bayangin baliknya juga :(

    BalasHapus
  14. Lebih seger datangnya pas musim kemarau kayaknya ya ? kalo musim hujan gini keruh gak airnya ?

    BalasHapus
  15. Mas Nobi, makasih udah share cerita air terjun ini
    Aku mau mengulas juga di blogku.
    Terus aku mau ijin ambil salah satu foto di sini, yang gambar jembatan. Soalnya aku gak sempat foto waktu itu, hehe
    Makasih yaa...

    BalasHapus

Whatsapp Button works on Mobile Device only

Start typing and press Enter to search