Kamis, 24 Mei 2018

Kenangan di Balik Senja Pantai Papuma, Jember



Kalian ingat, pantai terindah yang pernah kita kunjungi bersama sewaktu di Jember.
Iya, Pantai Papuma 8 tahun yang lalu. Pantai yang membuat betah memandangi ke arah luasnya lautan, berjalan menyisiri pasir putih halusnya. Kadang melihat kebawah untuk mengumpulkan kerang yang terdampar ke dalam botol air mineral bekas. Sayangnya dulu kita harus pulang karena harus mengejar bis malam dan tidak sempat melihat fenomena senja menyenangkan di Pantai Papuma.
Sore ini aku di Papuma untuk melihat senja menyenangkan itu.
Begitulah ucapku dalam hati.

Pantai Papuma berada Desa Lojejer Kecamatan Wuluhan sekitar 1 jam lebih perjalanan dari kota Jember. Ternyata nama Pantai Papuma merupakan dari Pasir Putih Malikan. Dinamakan Malikan karena ada batu-batu yang bisa berbunyi khas saat terkena ombak. Seorang warga setempat menjelaskan Batu Malikan tersebut bentuknya berupa karang-karang pipih yang mirip seperti sebuah kerang besar yang menjadi dasar sebuah batu karang besar.

Panorama pantai Papuma
Pasir pantai Papuma berpasir putih, ada yang lembut ada juga yang agak kasar. Di ujung sebelah kanan pantai terdapat bukit dan karang-karang. Bukit dang karang tersebut sepertinya menyatu dengan bukit karang yang ada di tengah laut. Totalnya ada 7 bukit karang yang diberi nama dengan tokoh pewayangan yaitu  Batara Guru, Kresna, Narada, Nusa Barong, Kajang dan Kodok. Jika melihat alam sekitar Pantai Papuma ini hutannya sangat terjaga. Pantai dan Hutan tersebut dikelola dan dilindungi oleh Perum Perhutani dan hutan yang saya lihat tersebut masuk dalam kawasan Hutan Lindung.
senja dari tepian pantai
Pantai Papuma sore ini ternyata ramai, beda sama 8 tahun lalu hanya kami yang berkunjung disana. Benar kata teman saya kalau Jember makin rame terlihat banyak keluarga dan bahkan muda mudi sedang bermain di pasiran, sesekali berfoto ria mengabadikan momen main mereka di pantai Papuma. Yah memang, saat ini Pantai Papuma menjadi salah satu destinasi wisata Jember favorit walaupun letaknya jauh tetap saja ramai dikunjungi terutama di hari libur.
ombak yang menari
Hari makin sore, matahari makin turun mendekati garis imajiner cakrawala. Saya yang masih asik mengenang 8 tahun di pantai Papuma, mulai beranjak menuju ke arah bukit karangnya. Saya mulai hati-hati melangkahkan kaki menginjak batuan karang yang cukup licin atau mungkin sendal nya licin karena sudah basah terkena air laut. Saya berdiri dia atas batu karang dan terlihat bukit karang paling dekat dengan bibir pantai. Saya melihat ombak menari-nari disini, menabrak karang, belok mengikuti celah karang namun saat hendak kembali kelautan, gerombolan ombak datang lagi dan membawa ombak sebelumnya juga kembali menari di antara celah batuan karang.

pemandangan senja dari balik pepohonan
Saya kembali ketepian, memilih duduk bangku yang terbuat dari batang pohon terdampar. Memandangi warna langit senja yang mulai memerah lalu perlahan pudar dan menggelap. Banyak pengunjung yang sudah pulang membawa kisahnya sore ini masing-masing.

Kalian taukah kisah cerita rakyat Jember mengenai Pantai Papuma ini. Kalian ingatkan Batu Malikan yang kuceritakan diawal tadi. Batu Malikan konon merupakan tempat di mana Raden Mursada dan Mursaud (menurut versi lain ada yang bilang Marsudo dan Joko Samudera) memancing. Di atas batu itu, Mursada tak sengaja memancing ikan ajaib Raja Mina yang kemudian ia lepaskan. Di situ pula kail Mursaud tersangkut ular raksasa. Ular tersebut kemudian dibelah menjadi tiga bagian oleh Mursada dengan cemeti pemberian Raja Mina. Dalam versi lain Raja Mina yang meminta Mursada untuk melawan ular raksasa tersebut dan memberi Cemeti. Dipukulah ular tersebut 2 kali dan terbelah tiga bagian. Katanya kepalanya berada di laut selatan Banyuwangi, nelayan setempat menyebutnya Pulau Mustaka, Ekornya berada di Pacitan dan Tubuhnya berada di Pantai Watu Ulo sebelahnya pantai Papuma. Terbayangkan sebesar apa Ular itu.

Iya, terpisah menjadi tiga bagian seperti  kita saja, satu di Banyuwangi, satu di Jogja, dan satu di Jambi. Seperti yang dijelaskan pada akhir mitos, suatu hari ketiga bagian tubuh ular raksasa tersebut akan kembali menyatu.  Jadi kapan kita reunian kembali.

di Banyuwangi - di Jogja- di Jambi

Artikel ini diikutsertakan dalam lomba blog yang diselenggarakan oleh 

11 komentar:

  1. Papuma sama Watu Ulo itu beda kan ya? Aku dulu taunya di Jember ada Pantai Watu Ulo. :D

    BalasHapus
  2. Keren banget kayaknya menikmati senja disitu gan hehe

    BalasHapus
  3. Aku berkali-kali ke sini tapi belum pernah dapet sunset bagus.

    BalasHapus
  4. Aku bulan lalu blogwalking dan baca pantai lain lagi di Jember. Ada bukitnya dan bisa lihat pulau aga gitu. Apa dekat sama tempat ini mas?

    BalasHapus
  5. Belum sempat mampir ke Jember sama sekali dan baru tahu kalau Papuma itu singkatan :)

    BalasHapus
  6. Pantai nya bagus banget jadi ingin kesini:)

    BalasHapus
  7. Kenangan tak terlupakan pastinya :)
    eh, Suka banget lihat foto ombak menari-nari di atas karang

    BalasHapus
  8. Kemarin baca tentang pantai payangan dari blog teman, sekarang baca tentang papuma. Ternyata wisata jember cakep2. Andaikan pernah ke jember pasti aku juga ikut nih lomba. Sayang belum pernah. Huhu

    BalasHapus
    Balasan
    1. besok2 diagendakan mba, jember asik buat dikunjungin

      Hapus
  9. wah nostalgia nih ceritanya ya, Lan. reunian lah :) Tengkyu udah ikutan :)

    BalasHapus

Whatsapp Button works on Mobile Device only

Start typing and press Enter to search