Selasa, 29 Agustus 2017

Kafe Etnik, Suasana Etnik Jawa Berpadu Alunan Musik Tembang Kenangan


Minggu kemarin saya berkesempatan mampir lagi ke dalam kompleks Purawisata yang di dalamnya terdapat penayangan Sendratari Ramayana dan Gazebo Resto yang memiliki Arsitektur unik percampuran arsitektur jawa dan belanda. Kali inisaya mampir ke Kafe Etnik, sebuah kafe berkonsep etnik jawa.

Kafe Etnik ini letaknya di dalam komplek Purawisata yang letaknya berada di Jalan Brigjen Katamso yang letaknya cukup dekat dengan destinasi favorit Jogja seperti Malioboro, Kraton, Taman Sari dan Alun-alun Kidul. Untuk mencapai ke Kafe Etnik cukup mudah, dari Malioboro kalian tinggal berjalan ke arah selatan sampai di perempatan KM 0 ambil kiri, ikuti jalan tersebut hingga bertemu perempatan lalu ambil kanan memasuki jalan Brigjen Katamso nanti komplek Purawisata ada di sebelah kiri setelah melewati Jogjatronik. Dari depan Purwisata kita tinggal masuk ke dalam mencari Kafe Etnik.
suasana dari depan Kafe etnik
Etnik, kesan pertama yang terasa merasakan suasana kafe Etnik ini. Bangunan berarsitektur Jawa dengan bahan konstruksi dominan dari kayu. Terkesan sekilas mirip Joglo namun terdapat tembok jendela U terbalik yang menurut saya spot tersebut cukup baik untuk jadi spot foto. Hiasan dinding berupa topeng wajah ekspresi yang merupakan salah satu oleh-oleh Jogja yang sering ditemukan ditemukan dijual di Malioboro.

Chicken Gorgon Blue
Etnik Club Sandwich
Menu yang ditawarkan cukup menarik dan banyak pilihan, ada kuliner Indonesia pada umumnya seperti Bakmi Jawa, Nasi Goreng, Capcay, Ayam Bakar,Gado2, Soto Ayam Masakan Ikan,Udang dan lainnya. Ada pula menu-menu  Karena saya mencari yang beda dan belum pernah nyicipi saya pesan Chicken Gorgon Blue serta Etnik Club Sandwich Special.  Range Harga yang ditawarkan di Kafe Etnik ini 15 ribu-125ribu.
as
Warung antrian Serba 5ribu
sate telur puyuh juga
memilih menu yang dimakan
Kafe Etnik ini sedang ada produk atau semacam program namanya Warung Antrian yang letaknya ada di pojok timur kafe. Makanan yang dijajakan ala prasmanan, kita tinggal mengambil nasi, sayur dan lauk sendiri. Malam itu kami disuguhi dengan sayur lodeh dan sayur asem, lauknya juga ada beberapa macam dan yang paling menggoda iman saya adalah ikan yang diolah bumbunya hampir mirip ayam betutu. Harga di warung antrian ini adalah serba lima ribu (Rp.5000),jadi kita bisa menentukan harganya sendiri, bajek uang yang nantinya akan dibayar. Pesanan kami akhirnya datang, penampakan Chicken Gorgon Blue dan Etnik Club Sandwichnya menggugah selera dan cara peletakannya juga lumayan asik buat diambil gambarnya.

Kafenya cukup asik buat foto-foto

Kami datang berkunjung ke Kafe Etnik hari Jum’at dimana pada setiap hari tersebut ada pementasan live musik lagu-lagu tembang kenangan. Pemilihan konsep musik tembang kenangan menurut saya cukup pas karena selain mempunyai penggemar musiknya cukup banyak di Jogja, musik jenis ini sangat cocok dibawakan pada suasana dan kesan yang terasa di Kafe Etnik ini. Serasa setiap alunan nada yang  tercipta dan dinyanyikan membawa kembali ke dimensi lalu di era lagu-lagu ini keluar dan hits.


Puthe menyumbang suara emasnya
Tidak hanya menikmati music, pengunjung juga diajak ikut bernyanyi, dan si Puthe mengajukan diri bernyanyi Lagu yang cukup terkenal “Leaving On A Jet Plane”. Lagu ini juga jadi sound track film Armageddon. Semakin malam mulai ada pengunjung Kafe Etnik mengajukan diri bernyanyi, semakin tahu pula bertapa banyaknya lagu-lagu tembang kenangan yang tidak saya tahu. Saya menunggu si Nikenwidi ini maju kedepan menyumbangkan suara emasnya dalam lagu tembang kenangan favoritnya, Payung Teduh-Untuk Perempuan Yang Sedang Dalam Pelukan. *eh


Sudah menunjukan hampir jam 9 malam, saya rasa harus kembali pulang ke penginapan karna besoknya harus bangun pagi mengejar sunrise pagi di daerah mangunan atau dlingo. Mengunjungi Kafe Etnik ini sangat berkesan terutama dalam tata ruang, tata letak, peletakan lampu-lampu dan live musik tembang kenangan. Seakan membangkitkan nuansa-nuansa dulu membayangkan masa-masa dimana lagu-lagu yang dinyanyikan tercipta. “Andaikan kau datang kembali, jawaban apa yang kan ku beri…..” lagu ini seakan menjadi penutup kunjungan ke kafe etnik hari jum’at malam itu.
pas pulang sempatin foto dari sisi yang lain

5 komentar:

  1. Jarang banget mengunjungi tempat-tempat di sekitaran Purawisata. Lebih sering ke pinggiran kota :-D

    BalasHapus
  2. baru tahu mak kayaknya harus ke sini kalau ke yogya:) makasih infonya mak

    BalasHapus
  3. Pura wisata sudah beda Ama yg dulu ya, terakhir masuk sini jagong manten di restonya . Btw lagu penutupnya makjleb ��

    BalasHapus
  4. Itu cordon bleu nya aku pikir sushi, trnyata bukan. unik tampilannya, dibikin bulat mirip sushi :D. Kalo dr foto asyik sepertinya.. Nyaman makanannya jg disajikan bagus.. Kapan2 ah kalo ke jogja mau coba makan di sana

    BalasHapus

Whatsapp Button works on Mobile Device only

Start typing and press Enter to search