Yogyakarta memang penuh tradisi.
Satu lagi tradisi yang menurut
saya unik di daerah Yogyakarta yaitu SAPARAN BEKAKAK.
Sesuai namanya yaitu Saparan yang
berarti bulan Syafar dalam bahasa arab atau biasa disebut Sapar oleh masyarakat
jawa, tradisi Saparan Bekakak dilaksanakan pada bulan Sapar. Bekakak juga
mempunyai arti yaitu korban penyembelihan hewan atau manusia. Bekakak pada
saparan ini bukan manusia beneran loh melaikan hanya tiruan manusia saja,
berujud boneka pengantin dengan posisi duduk bersila yang terbuat dari tepung
ketan. Tradisi ini sudah dilaksanakan turun temurun dari masa pemerintahan
Sultan Hamengkubuwono (HB) I yang dilaksanakan di daerah Ambarketawang,
Gamping, Sleman.
bekakak pengantin |
Ada api pasti ada asapnya, begitu
juga tradisi saparan bekakak ini pasti cerita yang melatarbelakangi keberadaan
tradisi tersebut. Menurut info yang saya dapat acara ini bermula dari Sultan HB
I pindah dari pesanggrahan Ambarketawang, Gamping menuju Kraton baru (ditempat
sekarang ini) ada seorang abdi dalem penangsong (pembawa payung kebesaran)
Sultan HB bernama Ki Wirosuto tidak ikut pindah dan tinggal bersama istrinya di
daerah Ambarketawang, Gamping. Untuk membangun kraton Yogyakarta, abdi dalem
bersama penduduk Gamping melakukan penggalian batu kapur di gunung Gamping. Namun
penggalian tersebut memakan banyak korban termasuk abdi dalem beserta istrinya.
Sultan HB I pun melakukan pertapaan di wilayah Gunung Gamping tersebut untuk
mengatasi masalah tersebut. dalam tapanya sultan mendapat bisik dari setan
Bekasan penunggu gunung Gamping untuk mengorbankan sepasang pengantin sebagai
pengganti warga melakukan penggalian batu kapur di gunung Gamping. Jika hal
tersebut tidak dihiraukan maka para penggali batu kapur tersebut akan terkubur
menjadi tumbal. Sultan mengiyakan hal tersebut dengan tipu muslihat mengganti
tumbal sepasang penganting manusia dengan sepasang pengantin yang terbuat dari
tepung ketan dan sirup gula merah sebagai pengganti darah.
Untuk melihat acara ini, kita
memang harus memantau kalender/agenda wisata Jogja yang bisa diambil ambil di
dinas pariwisata Yogyakarta maupun bisa mengecek di situs-situs agenda wisata
jogja. Untuk tahun 2012 ini dilaksanakan dua kali karena diterdapat 2 kali
bulan Sapar. Tradisi ini telah dilaksanakan bulan Januari lalu dan akan
dilaksanakan pada tanggal 28 Desember
2012 pukul 2 siang dimulai dari Balai desa Ambarketawang, Gamping. Untuk mencapai
balai desa dari kota Jogja cukup mudah, anda bisa melewati jalan ring road barat
ke arah jalan Wates (ke selatan) atau bisa juga melewati perempatan Wirobrajan
lurus terus ke arah jalan Wates. Setelah pasar Gamping akan ada perempatan
ambil kanan untuk mencapai balai desa tersebut.
setan-setan cilik ^^ |
Sesampai di balai desa anda akan
melihat setan-setan yang berkeliaran disini, namun jangan takut karena
setan-setan tersebut merupakan setan yang ditiru oleh warga untuk mengambarkan
setan-setan yang ada di Gunung Gamping. Terdapat pula Bekakak Pengantin yang menjadi
simbol utama tradisi ini. nantinya Bekakak pengantin dan para setan tiruan akan
berkeliling daerah Ambarketawang, Gamping menuju gunung Gamping. Sesampai
digunung Gamping Bekakak ini akan di sembelih di altar yang telah disediakan. Dan
sesaji yang dibawa bersamaan dengan bekakak pengantin akan disebar kepada pada
para penonton yang mengikuti prosesi ini.
penyembelihan bekakak (jgn ditiru yah) |
Walau saat ini masyarakat tak
lagi melakukan penggalian gunung gamping namun tradisi ini tetap terus
dilaksanakan selain untuk melestarikan budaya Indonesia juga menghormati
kesetiaan Abdi Dalem Ki Wirosuto dan Nyai Wirosuto pada tuannya sampai akhir hayatnya. Semoga Tradisi-Tradisi Tradisional Indonesia
selalu lestari.
Ih itu kok serem ya ngelihat penyembelihannya itu lan, hiii...
BalasHapushuum ci, walaupun kue ttp aja serem ya hii
BalasHapusfoto tahun ini???
BalasHapuswah ini acaranya dikampungku...
BalasHapusnobiiii...besok tgl 20 desember ada saparan bekakak lagi