Kamis, 12 Juli 2012

Eksplorasi Curug di Kawasan sisi Timur Merbabu



Ini mungkin akan jadi salah satu perjalanan berat yang saya alami. Semua berawal dari salah serang teman saya yang penasaran dengan air terjun yang terlihat di gunung Merbabu, Jawa Tengah dari sekitar rumahnya. Saat cuaca mendukung air terjun itu nampak berwarna putih sendiri ditengah gunung merbabu yang hijau dan dugaan kami air terjun yang kami lihat itu sangat besar, karena dari jejauhan saja terlihat . Karena saking penasaranya,  ketika saya berkunjung ke rumahnya, saya pun diajak untuk menemaninya mencari air terjun itu. Kamipun segera meluncur ke arah Timur pegunungan Merbabu, setelah mengumpulkan informasi terkait air terjun itu. Untuk mencapai lokasi tersebut ternyata kita harus menyelusuri sungai Pantaran. Lokasi sungai ini terletak di desa Candi Sari, Kecamatan Ampel, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah sangat menarik karena berada di antara 2 lembah yang curam.

flora yg kami temui
Sesampainya di desa Candi Sari, anda akan menemukan petilasan Ki Ageng Pantaran (Syeh Maulana Ibrahim Maghribi) yang menemukan yang menemukan mata air di perut bumi Merbabu. Mata air tersebut ternyata adalah air terjun yang kami lihat itu. Mata air itu bernama itu bernama Grojokan Sipendok. Jam menunjukan pukul 1 siang waktu setempat. Kami pun segera menyelusuri jalan yang ada di samping petilasan Ki Ageng Pantaran menuju sungai Pantaran. Sesampai di sungai itu kami langsung melihat dua bukit yang curam akan setia menemani perjalanan kami. Dua tebing curam seakan menciutkan nyali apalagi ditemukan beberapa bekas longsoran yang materialnya langsung menimbun sungai. Belum lagi dinginnya cuaca dan air sungai yang seakan menusuk kulit-kulit kami. Di perjalanan kami menemukan banyak flora seperti tumbuhan yang buahnya mirip stoberi, bunga Edelweis, hamparan bunga berwarna kuning dan berbagai spesies burung yang tak bisa kami kenali juga.
Curug Tempuran
Satu jam telah kami lewati, namun keindahan suasana disana membuat perjalanan kami tak terasa. Di saat itu kami menemukan curug yang bernama curug tempuran disisi kanan tebing. Dinamakan Tempuran karena curug ini jatuh langsung dari tebing lalu bertempuran dengan sungai Pantaran. Mengingat waktu kami cuma sedikit, kami langsung segeramengabadikan gambar curug ini dan bernarsis ria bersama. Perjalanan kami lanjutkan, sama seperti tadi dua tebing yang curam masih setia menemani kami, namun yang berbeda debit air sungai mulai banyak. Setelah ini kami pun menemukan curug lagi. Bedanya curug ini tidak tinggi seperti curug Tempuran yang kami temui tapi dibawah curug ini terdapat cekungan yang bisa dibuat berenang, mandi atau bermain air dan sudah tentu air disini sangat dingin. Cukup membuat tulang-tulang senut-senut kalau lama-lama berendam hehe.Setelah curug ini kami mencapai lokasi dimana tebing curam itu makin mengapit jalan kami. Rasa kagum dan rasa takut bercampur aduk jadi satu, namun dari kejauhan kami melihat sebuah curug lagi disana. Menurut warga sekitar curug ini bernama curug Krono Jiwo. Curug ini terdapat sebuah kolam yang dalamnya sekitar 1-2 meter lebih. 
Curug Krono Jiwo
Menaiki Tebing
Waktu sudah jam setengah 4 sore, kondisi langit sudah agak gelap tertutup kabut. Kami berdiskusi harus pulang atau melanjutkan perjalanan dan kami memutuskan untuk menyelusuri sedikit lagi. Untuk melewati curug Krono Jiwo kami sangat kesulitan karena harus memanjat tebing curug yang lici tersebut. Setelah berhasil melewati rintangan tersebut lagi-lagi kami menemukan air terjun, namun bukan curug Sipendok. Menurut warga curug ini bernama curug Simuncar. Karena air yang jatuh berpencar-pencar tidak jadi satu seperti air terjun yang telah kami lalui sebelumnya. Dengan semangat yang tersisa kami pun segera mengabadikan foto curug ini. 

Simuncar
Karena waktu tidak memungkinkan kami memutuskan pulang. Dan kami hanya bisa membayang-bayang bagaimana bentuknya, seberapa tingginya, adakah jalur lain selain melewati jalur sungai ini. Sesampainya dilokasi penitipan sepeda motor, kami bertanya-tanya mencari nama curug-curug yang kami temui serta curug Sipendok yang membuat kami penasaran :). Menurut warga, untuk mencapai curug tersebut kita harus menempuh waktu “6 JAM!!!” dan warga sekitar yang pernah sampai sanapun masih bisa dihitung dengan jari. Memang waktu kami tak cukup untuk sampai kesana, apalagi perbekalan minim banget hanya biskuit coklat 4 bungkus, air mineral 2 botol (600ml), serja sejumlah permen, namun semangatnya dengan “Semangat 45” :p. Akhir kata kapan-kapan harus dicoba lagi dengan perbekalan yang memadai dan waktu yang cukup.

16 komentar:

  1. ND nya mantepp mas alan,, :D bikin poto air terjun mas alan makin ciamikk.. :D
    *pengen kesana* :D

    BalasHapus
  2. @indrialofallah makasih ndri.ini g pake ND ndri..pake CPL aja cuaca langit berkabut jadi bisa SSan deh ehhehe

    @annosmile. makasih kk, salam salut kembali :)

    BalasHapus
  3. bagus curugnya, coba gambar curugnya gak di edit dan lebih besar :D *IMO

    BalasHapus
  4. ya rasanaya kalau kesana mesti siapin alat perekam video ,, sekalian buat dokumenter bagus..
    trims buat infonya

    #BlogWalking sore
    Sukses selalu..
    kembali tak lupa mengundang juga rekan blogger
    Kumpul di Lounge Event Blogger "Tempat Makan Favorit"

    Salam Bahagia

    BalasHapus
  5. @adang. hehe sip itu. bisa memajukan pariwisata setempat hehehe.. makasih y undangannya saya pasti datang :)

    salam bahagia kembali


    @aprie, kuedit kasih alamat blog supaya g disalah gunakan :)

    BalasHapus
  6. waaaahhh pasti asyik. hmmmm...
    pengen....

    BalasHapus
  7. Blogwalking nih... :)

    Suka Mas Alan...
    Kapan2 kalau kesana bisa minta jadi guiode nih *lirik mas Alan :P

    BalasHapus
  8. Sekali jalan bisa nemuin air terjun segitu banyak, Subhanallah....

    BalasHapus
  9. Masbrow..salam kenal..klo kesitu lg ngajak2 ya..kliatannya asik..maklum bekas cah gunung..pengen mbolang lg..he3..

    BalasHapus
  10. sudah ada info tambahn kh? maksudnya udh menelusuri unt yg ke-2 atau yg ke-3 x hehe

    BalasHapus
  11. Mau tanya mas. Disana bia ngecamp ga yah? Thanks

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bisa aja kok, tapi tetap ijin sama desa setempat mas..

      Hapus
  12. maaf kak.. ada penempatan foto yang slahhh....

    simuncar bukan yang itu hehehehhe

    balas

    BalasHapus
  13. mantab gann......... ane warga byl malah blm pernah kesana....marfolos...marfolos.....

    BalasHapus

Whatsapp Button works on Mobile Device only

Start typing and press Enter to search